KONSERVASI PENYU DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KONSERVASI KAMPUNG AMPIANG PARAK 


Oleh:  Haridman S, Pt.
Ketua Laskar Pemuda Peduli Lingkungan Ampiang Parak
harid.haluan@gmail.com , soesatyo.kurniawan@asbindonesia.org

(DISAMPAIKAN PADA KONFERENSI NASIONAL PRBBK,LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2017)

 

Abstrak


Kampung  Ampiang Parak yang berada di Kanagarian Sutera Kabupaten Pesisir Selatan Sumatra Barat adalah  kampung yang berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Sehingga dengan posisi geografis seperti itu Amping Parak rentan terhadap potensi ancaman tsunami yang bersumber dari subduksi  lempeng Australia terhadap lempeng Indonesia. 

Kampung Ampiang Parak merupakan salah satu wilayah pendampingan Program Peningkatan Kapasitas Pengurangan Risiko Bencana dan Ketangguhan Desa Pesisir di Sumatra Barat yang dilakukan oleh ASB Indonesia-Filipina dalam kerangka berkontribusi pada pencapaian tujuan SFDRR melalui pencegahan risiko bencana dan pembangunan ketangguhan masyarakat  khususnya yang berada di wilayah desa pesisir untuk periode implementasi program 20162019. 


Kegiatan di Kampung Ampiang Parak diawali dengan adanya inisiatif perwakilan dari masyarakat Ampiang Parak dalam melakukan konservasi sumberdaya  kelautan dan perikanan di pesisir pantai. Masyarakat tersebut melihat secara menyeluruh akan keberadaan hamparan pesisir pantai yang belum dikelola ada potensi besar yang belum termanfaatkan secara maksimal. Kemudian di sisi lain ancaman abrasi pantai sebagai, terjadinya banjir air pasang serta banyaknya pemuda kampung yang tidak memilki pekerjaan. 

Mereka kemudian didorong  untuk bersama-sama melakukan pengorganisasian masyarakat dalam upaya PRB dan koservasi dengan  melakukan penanaman pohon cemara laut dan pohon bakau.   Tidak mudah pada awalnya untuk mengajak pemuda kampung dalam melakukan penanaman pohon-pohon pelindung sepanjang  2,7 km, terutama karana kegiatan tersebut tidak menjanjikan imbalan dan dilakukan secara swadaya. Sehinga sejak awal tidak membatasi keterlibatan berbagai kelompok masyarakat, termasuk pelibatan relawan penyandang disabilitas. 


Kegiatan semakin menimbulkan semangat kuat ditemukan pula bahwa lokasi pantai Ampiang Parak menjadi destinasi penyu-penyu untuk bertelur. Keberadaan “katuang” (bagitu masyarakat Kampung Amping Parak menyebut telur penyu) telah menjadi sumber penghidupan bagi para pemburu telur penyu dari luar wilayah kampung Amping Parak. Sehingga tanggung jawab dan kegiatan pemuda Kampung Ampiang Parak bertambah dalam rangka melakukan pengawalan telur penyu. Dan kelompok Laskar Pemuda Peduli Lingkungan melakukan upaya-upaya strategis pada area konservasi seluas 26 Ha.

ditemukan Empat spesies penyu yang dilindungi yaitu Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Hijau (chelonian mydas), Penyu Sisik (Eremochelys imbricate), dan Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea). Melalui gerakan lingkungan tersebut penyu dapat bertelur dengan aman hingga telur menetas dan tukik (bayi penyu) untuk dapat menghanyutkan diri ke lautan.  


Kompleknya persoalan lingkungan hidup disana dipastikan dapat meningkatkan dampak bencana dan menjadikan ASB Indonesia-Filipina memilih untuk berkolaborasi dengan masyarakat Kampung Ampiang Parak secara inklusi dalam melakukan penataan dan perencanaan untuk selanjutnya melakukan pengembangan konservasi penyu di Ampiang Parak. Harapannya kemudian kegiatan konservasi berkontribusi terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat dimana ekosistem lingkungan, perekonomian dan sistem sosial terjalin dengan baik sehingga menjadi sinergi yang ampuh dalam mengurangi risiko bencana. 


 Banyak lokasi yang berada pada wilayah rawan bencana, akan tetapi karena masyarakatnya belum memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang PRB menjadikan masyarakat abai dan kehilangan kewaspadaannya dan pada saat ancaman tersebut datang masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk bereaksi secara tepat. Kesiapsiagaan harus menjadi bagaian dari budaya dari masyarakat. 

Belajar dari proses yang dilakukan antara ASB Indonesia-Filipina dan Laskar Penyu Amping Parak, kegiatan Pengurangan Risiko Bencana berbasis masyarakat harus diawali dengan adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kemampuan melakukan adaptasi dari perubahan lingkungan, kayakinan bahwa kehidupan dan penghidupan mereka dapat ditunjang. Pengembangan ekonomi berbasis pada konservasi dalam kegaiatan dan perencaan pengelolaam risiko bencana yang ada menjadi faktor kunci dalam meningkatkan ketangguhan.  

Kata kunci: desa, disabilitas, inklusi, pesisir, penyu, tukik, konservasi 

I.              Latar Belakang Wilayah
Kampung Pasar Ampiang Parak, Nagari Amping Parak (Desa Adat di Sumatea Barat), Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan merupakan kawasan yang masuk pada kategori zona merah atau rawan bencana misalnya abrasi, badai dan tsunami (Sumber : BPBD Pesisir Selatan). Sementara itu, Pantai Pasar Amping Parak yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia tersebut sebelum tahun 2013 merupakan hamparan pantai yang tandus dimana hampir setiap tahun terjadi pergeseran permukaan pantai serta terkikisnya bibir pantai oleh ombak.

Tidak kurang dari 3000 orang kini bermukim di kawasan zona rawan bencana alam di Pasar Amping Parak dengan pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan yang amat minim. Kondisi ini menyebabkan kekhawatiran yang amat mendalam bagi sekelompok pemuda/komunitas di Amping Parak dan kemudian tersentak hatinya untuk menyiapkan konsep pengurangan resiko bencana dengan mempersiapkan alam sekitar menjadi benteng utama jika sekiranya bencana datang.

II.         Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Konservasi
Komunitas yang menyiapkan konsep pengurangan resiko bencana tersebut adalah Kelompok Laskar Pemuda Peduli Lingkungan disingkat (LPPL). Kelompok ini berdiri 5 Januari 2013 dan ditetapkan dengan SK Walinagari Ampiang Parak. Pembentukan kelompok dimulai dengan inisiasi Haridman dengan cara mengumpulkan masyarakat atau pemuda setempat dan memberikan penjelasan tentang perlunya merintis sebuah kawasan yang sebelumnya gersang menjadi ruang terbuka hijau.

Awalnya tidak banyak pemuda atau masyarakat yang tertarik dengan ide yang saya sampaikan, karena sebagian besar masyarakat masih berpikiran kegiatan lingkungan seperti ini hanya akan menghabiskan waktu saja dan cenderung tidak akan mendatangkan uang. Namun saya tetap berusaha meyakinkan sejumlah pemuda yang tertarik dengan konsep penyelamatan lingkungan yang saya gagas dengan sejumlah konsekwensi yang harus ditanggung.

Peran Pemuda dan Pelibatan Disabilitas
Pemuda yang mau dan siap untuk mendermakan dirinya untuk penyelamatan lingkungan tersebut adalah Zulkifli, Sepriadi, Rino, Dino, Novendra, Jasman, Srimulyati, Samsuddin, Omricon YP dan Yendri. Sebagian besar dari pemuda ini adalah tidak memilik pekerjaan tetap dan hidup serba kekurangan, namun mereka punya satu cita-cita mulia yakni kawasan pantai yang selama ini belum bermanfaat dapat berubah menjadi pantai yang bermanfaat bagia semua.
Kelompok ini pada kemudian hari juga mengikutsertakan penyandang disabilitas sebanyak dua orang yaitu …,…. Keterlibatan dua penyandangn disabilitas diawali…, mereka berperan sebagai…
Setelah mendapat legalitas dari pemerintah nagari setempat, dilakukanlah pesiapan aksi lingkungan. Aksi pertama adalah menanam pohon ketapang (waru) sebanyak 120 batang. Pohon ini tumbuh dengan baik hingga awal tahun 2014.  Kemudian setelah melihat potensi kawasan kelompok ini memantapkan diri untuk konsisten bergerak dalam kegiatan lingkungan dan secara khusus bidang pengawasan dan perlindungan sumberdaya hayati laut di Pantai dan Laut Ampiang Parak.

Penghujung tahun 2014 kelompok berupaya mencari jenis tanaman yang cocok dengan lingkungan Pantai Amping Parak. Maka setelah melakukan koordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Pesisir Selatan diperoleh kesimpulan bahwa tanaman yang multifungsi dan cocok ditanam di Amping Parak adalah vegetasi pantai berupa cemara laut dan mangrove.

Mangrove merupakan tanaman pantai yang secara teori dapat meredam laju gelombang tsunami dan abrasi sebesar 50 – 60 persen. Tanaman ini juga mampu menyediakan oksigen yang banyak bagi lingkungan sekitar. Sementara cemara laut, nyaris memilik fungsi yang sama. Bila dua jenis tanaman ini tumbuh dengan baik di Ampiang Parak, maka dengan sendirinya masyarakat sudah sedikit terlindungi dari ancaman bencana.

Maka tahun 2015 kelompok dengan bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia menanam 2500 cemara laut. Tanaman tersebut dapat dirawat dengan baik oleh kelompok. Pada tahun yang sama kelompok juga menanam vegetasi pantai berupa mangrove jenis Rhizopora Sp dengan jumlah mencapai 30.000 batang, vegetasi ini juga dapat tumbuh dengan baik di dalam wilayah pasang surut.

Tanaman Tumbuh, Penyu Mendarat
Selain mengawasi dan merawat vegetasi pantai, pada pertengahan tahun 2015, kelompok juga berupaya melakukan perlindungan terhadap penyu. Semenjak tananaman mulai besar kemudian diketuahui berbagai jenis penyu mulai mendarat untuk bertelur. Langkah awal perlindungan dilakukan dengan mengajak masyarakat untuk tidak memungut telur penyu yang bertelur di Pantai Amping Parak. Namun akibat sulitnya mengajak warga untuk berhenti mencari telur penyu, akhirnya kelompok melakukan upaya pemindahan setiap telur penyu yang ditemukan kelompok ke tempat penetasan.



Gambar Tumbuhan Cemara Udang

Upaya pemindahan telur penyu dari sarangnya membuahkan hasil pada Bulan Desember 2015 dengan menetasnya 200 tukik dan dilepas ke laut. Kegiatan tersebut terus berlanjut pada tahun 2016 hingga sekarang. Perubahan besar dalam usaha pelestarian penyu ini terjadi pada penghujung 2016 ditandai dengan berhasilnya kelompok mengajak separuh dari pencuri telur penyu untuk menghentikan kegiatan pengambilan telur. Sembari tetap menjaga vegetasi pantai yang ada, kelompok setiap malam melakukan ronda di sepanjang pantai Pasar Amping Parak. Kegiatan ronda ini telah meningkatkan jumlah telur penyu yang bisa ditetaskan di penetasan kelompok.

Kampanye perlindungan penyu yang dilakukan kelompok sebetulnya adalah sebuah srtategi agar masyarakat mau menjaga tanaman yang berfungsi untuk pengurangan resiko bencana tersebut, sehingga muncul semboyan penyu selamat vegetasi pantai sehat.
Kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat ini terpusat di Pondok Informasi yang dibangun pada tahun 2016. Berbagai kegiatan kelompok dan masyarakat juga berlangsung disini antara lain:

  1. Aktivitas harian kelompok. Sebelum kegiatan harian dimulai, seluruh anggota kelompok berkumpul di pondok informasi untuk membagi tugas lapangan. Kegiatan malam hari juga dipusatkan di pondok informasi dalam rangka membahas dan evaluasi kegiatan.
  2. Tempat rapat mingguan dan bulanan kelompok. Kelompok senantiasa melakukan rapat setiap minggu dan setiap bulan untuk membahas berbagai persoalan dilapangan dan rencana selanjutnya.
  3. Sebagai ruang pembelajaran terkait perlindungan penyu bagi siswa/siswi dari berbagai sekolah dan tingkatan . Umumnya kegiatan ini berlangsung pada setiap hari Sabtu.
  4. Sebagai ruang belajar bagi warga untuk kegiatan mitigasi bencana alam.
  5. Tempat masyarakat memperoleh informasi tentang kegiatan konservasi penyu dan vegetasi pantai.

Perahu motor saat ini menjadi alat transportasi utama setiap hari bagi kelompok dalam usaha melakukan pengawasan kawasan. Perahu motor tersbut sangat memudahkan kelompok dalam mengangkut logistic pengawasan untuk dibawa ke kawasan yang ditanami tanaman atau vegetasi pantai.
Selain itu, perahu juga menjadi alat utama bagi siswa / siswi / masyarakat / organisasi / instansi pemerintah dan swasta untuk keperluan edukasi tentang penyu. Seiring tingginya minat masyarakat untuk mempelajari penyu dan vegetasi pantai, maka selama bulan Januari 2017, perahu telah mengangkut sekitar 3300 orang.


Gambar Pengunjung Menuju Lokasi
Konservasi Menggunakan Perahu Motor

Billboard berukuran 3 x 5 meter berisi tentang 20 species target konservasi KKP saat di pasang hingga saat ini memiliki peran besar terhadap sosialisasi hewan dilindungi. Rincian manfaat billboard yaitu:

  1. Sebagai media belajar utama bagi siswa/siswi yang datang ke kawasan ekowisata Ampiang Parak.
  2. Kelompok biasanya memberikan informasi kepada peserta study tour di depan billboard.
  3. Tempat berdiri billboard yang sangat strategis menyebabkan alat peraga raksasa ini menjadi media utama untuk selfie dan kegiatan foto bersama pengunjung.
  4. Sebagai sarana informasi dan hiburan bagi masyarakat setempat.
  5. Mempermudah kelompok dalam memberikan jawaban atas pertanyaan pengunjung terhadap hewan dilindungi.
  6. Memperindah kawasan ekowisata Amping Parak.

Pendampingan Pengurangan Risiko Bencana ASB
Disaat aksi penyelamatan penyu dan perlindungan vegetasi pantai gencar di masyarakat dan sudah bisa diterima khalayak maka satu persoalan yakni mempersiapkan lingkungan sebaik mungkin sebelum terjadi bencana sudah teratasi dengan baik. Persoalan selanjutnya adalah soal kapasitas kelompok dan kapasitas masyarakat di Ampiang Parak dalam hal Pengurangan Risiko Bencana. Nyaris seluruh masyarakat awam dalam hal pengurangan risiko bencana tersebut, sehingga jika terjadi bencana yang bakal terdampak bencana mungkin besar jumlahnya.

Penghujung 2015 ASB datang ke Amping Parak untuk melakukan survey awal. Kedatangan ASB membawa angin segar untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan bahkan lingkungan dalam menghadapi bencana. Kedatangan ASB Bak pucuk dicinta ulampun tiba.

ASB setelah itu mulai memfasilitasi masyarakat dan pemerintah nagari dalam membentuk organisasi secara berjenjang. Mulai dari Tim PB Kampung hingga Forum PRB Nagari. Organisasi di berbagai tingkat tersebut kemudian memperoleh pelatihan soal pengurangan resiko bencana. Organisasi bentukan ASB ini kemudian dengan sendirinya memperkuat pemahaman ke masyarakat bahwa kegiatan perlindungan vegetasi pantai dan penyu adalah bagian tidak tepisahkan dari upaya pengurangan resiko bencana.

III.        Perencanaan Bersama
Kawasan konservasi seluas 26 herktar pada saat ini juga merupakan kawasan yang masih dapat dimasuki oleh berbgai kalangan sebagai destinasi wisata, disadari juga bahwa dengan berkembangnya minat masyarkat maka pengmbnagan konsep wisata untuk kawasan ini haruslah tepat jangan sampai hanya untuk mengejar jumlah pengunjung wisatawan keberadaan pantai sapanjang 2,7 km akan penuh sehingga akan mengusik penyu-penyu untuk datang bertelur.
Terlebih dengan adanya keberadaan objek wisata kapal karam bawah laut menjadikan lokasi pantai Pasar Ampiang parak semakin menarik, perlu adanya perencaan pengembangan kawasan wisata terutama untuk menjadi kawasan pariwisata minat khusus sehingga kawasan tidak hanya bergantung dengan jumlah pengunjung akan tetapi dengan meningkatkan kualitas wisatawan dengan menjadikan kawasan sebagai lokasi wisata edukasi.
Dengan adanya Program Peningkatan Kapasitas Pengurangan Risiko Bencana dan Ketangguhan Desa Pesisir di Sumatra Barat yang dilakukan oleh ASB maka bersama Laskar Pemuda Peduli Lingkungan Ampiang Para.

TENTANG PENULIS:

-Tahun 2005-2017 merupakan Wartawan pada Harian Umum Haluan Padang

-Tahun 2010-2012 sempat menjadi Pimpinan Redaksi Tabloid Gelora Pesisir. Media cetak ini beredar di Kabupaten Pesisir Selatan.

-Kini melanjutkan kebiasaan menulis dengan mengelola sendiri blog yang diberinama haridman.blogspot.com. Kemudian mengelola akun youtube dengan nama Haridman Channel.

-Penulis sangat tertarik pada isu lingkungan, isu sosial, sejarah, budaya dan pemberdayaan masyarakat.

-Saat ini menjadi Chairman of Amping Parak Turtle Camp. Sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dibidang penyelamatan penyu dan hewan-hewan yang dilindungi di laut.

-Narasumber di berbagai forum pada kegiatan pengurangan risiko bencana dan konservasi penyu baik lokal, nasional dan internasional.
 
-Kemudian saat tulisan ini turun bekerja sebagai petani sawit dengan harga TBS yang tidak berketentuan. 

Comments

Popular posts from this blog

GOSONG NAMBI NAN EKSOTIK : SURGA BAWAH LAUT NAN TERSEMBUNYI

LTC SELAMATKAN 81 SARANG PENYU TAHUN 2019

ANGGARAN DASAR POKMASWAS LASKAR TURTLE CAMP