TENTANG BANDA SAPULUAH
TENTANG BANDA SAPULUAH
Bandar Sepuluh adalah naman kawasan. Dalam bahasa lokal "Banda Sapuluah". Secara etimologi, Bandar Sepuluh merupakan gabungan dari beberapa
bandar (kota pelabuhan) di sepanjang Pesisir Pantai Sumatera Barat
bagian selatan atau Kabupaten Pesisir Selatan sekarang. Tidak termasuk
kedalam wilayah ini Kecamatan Bayang, Lumpo , XI Koto Tarusan,
Lunang Silaut dan Pancung Soal (Inderapura).
Banda Sapuluah (Bandar Sepuluh) merupakan daerah Minangkabau
yang penting di masa lalu karena dari sinilah dikapalkan emas, lada,
dan bahan-bahan hasil pertanian dan hutan lainnya ke manca negara. Emas
adalah komoditi penting di masa lalu yang berasal dari kawasan Pesisir
Pantai Sumatera Barat ini. Di dalam pepatah pidato adat Alam Minangkabau
dikatakan bahwa ameh manah dari Banda Sapuluah (Emas dari Bandar
Sepuluh). Jadi dapat dikatakan bahwa kawasan Banda Sapuluah di masa
lalu adalah kawasan lalu lintas perdagangan internasional. Jika kita
melihat kondisi saat ini di kawasan Banda Sapuluah, kita tidak menyangka
bahwa pada zaman dahulunya pelabuhan-pelabuhan di Banda Sapuluah adalah
pelabuhan yang penting dan ramai dikunjungi oleh pedagang dari manca
negara.
Bila dilihat dari sejarah (Tambo) nagari-nagari di Bandar Sepuluh, nenek moyang Bandar Sepuluh datang dalam dua rombongan besar dari Alam Surambi Sungai Pagu, pertama pada tahun 1490 dan kedua pada tahun 1511.
Bila dilihat dari sejarah (Tambo) nagari-nagari di Bandar Sepuluh, nenek moyang Bandar Sepuluh datang dalam dua rombongan besar dari Alam Surambi Sungai Pagu, pertama pada tahun 1490 dan kedua pada tahun 1511.
Secara geneologis, penduduk yang sekarang ini mendiami Nagari
Punggasan khususnya dan daerah Kab. Pesisir Selatan bagian selatan
kecuali Indopuro umumnya berasal dari Alam Surambi Sungai Pagu di Kab. Solok Selatan.
Arus perpindahan penduduk tersebut dilakukan menembus bukit barisan dan
menurun di hamparan dataran luas yang berbatas dengan pantai barat
Sumatera Barat bagian selatan yang dulunya dikenal dengan sebutan
Pasisia Banda Sapuluah (Pesisir Bandar Sepuluh).
Menurut cerita yang berkembang ditengah-tengah masyarakat, bahwa yang
menemukan dan mempelopori perpindahan penduduk dari Alam Surambi Sungai Pagu
ke Nagari Punggasan adalah “Inyiak Dubalang Pak Labah”. Beliau adalah
seorang Dubalang/Keamanan dalam salah satu suku di Alam Surambi Sungai
Pagu yang suka berpetualang mencari daerah-daerah baru.
Berdasarkan kesepakatan rapat Ninik Mamak Alam Surambi Sungai Pagu,
dikirimlah rombongan untuk meninjau wilayah temuan Dubalang Pak Labah.
Sesampai di Bukit Sikai perjalanan tim peninjau diteruskan kearah hilir
melalui bukit Kayu Arang, tempat yang ditandai oleh Dubalang Pak Labah
dengan membakar sebatang kayu. Ketika malam datang, rombongan
beristirahat di bawah sebatang kayu lagan kecil dan daerah tempat
beristirahat tersebut kemudian diberi nama “Lagan Ketek” .
Kesokan
harinya perjalanan dilanjutkan dan bertemu dengan sebatang kayu lagan
yang besar. Daerah tersebut kemudian dinamakan “Lagan Gadang”. Rombongan
meneruskan perjalanan sampai kesebuah padang yang banyak ditumbuhi oleh
kayu dikek. Dari situ mereka melihat juga sebatang pohon embacang,
sehingga kedua tempat tersebut dinamai “Kampung Padang Dikek” dan
“Kampung Ambacang”. Perpindahan penduduk dari Alam Surambi Sungai Pagu,
terbagi atas dua rombongan besar, dimana rombongan pertama berangkat
lebih dulu. Ini berdasarkan penuturan turun temurun.
Selanjutnya,
pendapat lain Banda Sapuluah adalah sebuah nama kawasan yang diberikan
oleh orang orsang pergerakkan. Orang orang pergerakkan yang dimaksud
adalah para aktifis di jaman Portugis dan selanjutnya Belanda. Tak soal ,
siapa yang menamai, yang jelas Banda Sapuluah adalah sebutan lain untu
beberapa kawasan di Pesisir Selatan.
Wilayah Banda Sapuluah
Selanjutnya Tokoh Adat Kambang Katar Dt Sati menyebutkan,yang termasuk wilayah yang disebut Banda Sapuluah terdiri dari
sepuluh nagari : Aie Haji (kecamatan Linggo Saribaganti),
Punggasanunggasan (Kecamatan Linggo Saribaganti), Sungai Tunu (Kecamatan
Ranah Pesisir), Palangai (kecamatan Ranah Pesisir, Pesisir Selatan),
Lakitan (Kecamatan Lengayang), Kambang (Kecamatan Lengayang), Ampiang
Parak (Kecamatan Sutera), Surantih (Kecamatan Sutera), Batang Kapeh
(Kecamatan Batang Kapas), Bungo Pasang (Kecamatan IV Jurai), dimana
terdapat tambang emas Salido. Kesepuluh Nagari tersebut merupakan daerah
rantau dari masyarakat Alam Surambi Sungai Pagu.
Selain kawasan Bandar
Sepuluh, ada beberapa nagari di Kabupaten Pesisir
Selatan yang tidak disebut Bandar Sepuluh karena latar belakang historis
yang berbeda. Nagari tersebut adalah Bayang, Tarusan Koto Sabaleh,
Inderapura, Tapan dan Lunang, Silaut. Nenek moyang Tarusan dan Bayang
berasal dari Nagari Muaro Paneh Solok yang masuk kedalam konfederasi
Luhak Kubuang Tigo Baleh. Sedangkan Nagari Indopuro atau Inderapura,
Lunang dan Silaut sebagian berasal dari Sungai Pagu Solok Selatan
sekarang, Luhak Tanah Datar dan daerah sekitar yaitu Kerinci dan
Bengkulu. Nagari Indopuro (Inderapura) pada zaman dahulunya terdapat
Kerajaan Inderapura, sebuah kerajaan besar dan penting di kawasan pantai
barat Sumatera. Demikianlah, mudah mudahan bermanfaat.
(HARIDMAN : DISARIKAN DARI BERBAGAI SUMBER)
TENTANG PENULIS:
-Tahun 2005-2017 merupakan Wartawan pada Harian Umum Haluan Padang
-Tahun 2010-2012 sempat menjadi Pimpinan Redaksi Tabloid Gelora Pesisir. Media cetak ini beredar di Kabupaten Pesisir Selatan.
-Kini melanjutkan kebiasaan menulis dengan mengelola sendiri blog yang diberinama haridman.blogspot.com. Kemudian mengelola akun youtube dengan nama Haridman Channel.
-Penulis sangat tertarik pada isu lingkungan, isu sosial, sejarah, budaya dan pemberdayaan masyarakat.
-Saat ini menjadi Chairman of Amping Parak Turtle Camp. Sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dibidang penyelamatan penyu dan hewan-hewan yang dilindungi di laut.
(HARIDMAN : DISARIKAN DARI BERBAGAI SUMBER)
TENTANG PENULIS:
-Tahun 2005-2017 merupakan Wartawan pada Harian Umum Haluan Padang
-Tahun 2010-2012 sempat menjadi Pimpinan Redaksi Tabloid Gelora Pesisir. Media cetak ini beredar di Kabupaten Pesisir Selatan.
-Kini melanjutkan kebiasaan menulis dengan mengelola sendiri blog yang diberinama haridman.blogspot.com. Kemudian mengelola akun youtube dengan nama Haridman Channel.
-Penulis sangat tertarik pada isu lingkungan, isu sosial, sejarah, budaya dan pemberdayaan masyarakat.
-Saat ini menjadi Chairman of Amping Parak Turtle Camp. Sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dibidang penyelamatan penyu dan hewan-hewan yang dilindungi di laut.
-Narasumber
di berbagai forum pada kegiatan pengurangan risiko bencana dan
konservasi penyu baik lokal, nasional dan internasional.
-Kemudian saat tulisan ini turun bekerja sebagai petani sawit dengan harga TBS yang tidak berketentuan.
-Kemudian saat tulisan ini turun bekerja sebagai petani sawit dengan harga TBS yang tidak berketentuan.
Comments
Post a Comment