BADAMPIANG AMPIANG PARAK
Lain padang, lain ilalang, lain lubuk lain ikannya. Adat sama, namun
langgam berbeda. Pepatah lama ini tepat kiranya mewakili Nagari Ampiang
Parak, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan dalam prosesi
mengantar marapulai.
Di sini ada tradisi unik yang bertahan hingga kini. Tradisi itu adalah
tradisi badampiang.
Dulu badampiang dilakukan sepanjang jalan hingga
sampai di rumah anak daro, alasannya dulu pemuda mencari jodoh tidak
perlu jauh jauh, cukup dengan gadis satu kampung atau satu nagari saja.
"Kini tidak seperti itu lagi, anak kemenakan di Nagari Ampiang Parak
sering berjodoh dengan gadis luar nagari atau setidaknya jauh dari rumah
orang tuanya. Sehingga ada rangkaian kegiatan yang terpenggal penggal,"
katanya.
Bagaimana prosesi badampiang dilaksanakan ? Bermula dari rutinitas adat
manjapuik marapulai oleh keluarga perempuan. Disana lengkap dengan
sumando dan pernak pernik atau alat untuk menjemput marapulai.
Setiba dirumah orang tua marapulai, rombongan penjemput marapulai
disambut keluarga marapulai tersebut yang tentunya dihadiri ninik mamak,
pemuda, pimatang panjang di nagari dan lain sebagainya. Rombongan
ditanyai wujud dan maksud kedatangan. Terjadi alur sisomba saat itu.
Kadang alot, kadang hanya butuh waktu sebntar saja.
Setelah disepakati kedua belah pihak bahwa kedatangan itu adalah
menjemput marapulai, dan pihak marapulai telah mengizinkan marapulai
pergi nikah.
Saat itulah awal badampiang terjadi. Biasanya marapulai diberangkatkan dari rumah dini hari, atau sekitar pukul 02.00 WIB. Dihalaman karib kerabat tampak telah siap mengantar marapulai pergi nikah. Jumlahnya banyak, misalnya teman sebaya, para sumando-sumandan, kaum ibu dan lain lain. Selangkah turun dari jenjang, salah seorang tetua (biasanya dari kaum ibu), mulai menyanyikan lagu dampiang.
Tukang
nyanyi itu mengambil tempat di posisi yang mudah didengar para pengantar
marapulai.
Nyanyian yang disampaikan berisi tentang kegundahan hati ibu melepas
anak laki laki berumah tangga. Soalnya dari kecil hingga tumbuh dewasa
ia dibesarkan dan dirawat, kini harus berpisah. Kinantan nan panaiak
kinika pai, janjang nan indak kabalululuak lai. Isi nyanyian itu juga
mewakili kegundahan hari kawan kawan sebaya, kerisauan hati dunsanak
yang ada dilingkungannya tinggal.
Lagu badampaing dinyanyikan dengan irama yang khas. Mendayu dayu,
meratap dan menyayatnyayat relung hati. Tak pelak, ibu kandung,
kakak-adik simarapulai menangis berurai air mata mengenang kepergian
anak itu. Ibu ibu lainnya biasanya akan berupaya menghibur hati sang
ibu.
Begitupula hadirin lainnya, mereka akan hanyut mengikuti irama
badampiang. Tak jarang teman sepermainan ikutpula meneteskan air mata.
Malam badampiang benar benar dirasakan penuh haru.
Lantas rombongan mulai bergerak menuju rumah anak daro (bila jaraknya bisa ditempuh dengan berjalan kaki), disepanjang jalan nyanyian dampiang itu juga tidak berhenti. Perjalanan yang begitu menharu biru. Namun bila tiba dihalaman rumah anak daro, isi dan tema nyanyian dampiang tidak lagi seperti turun dari rumah dan di perjalan tadi.
Lantas rombongan mulai bergerak menuju rumah anak daro (bila jaraknya bisa ditempuh dengan berjalan kaki), disepanjang jalan nyanyian dampiang itu juga tidak berhenti. Perjalanan yang begitu menharu biru. Namun bila tiba dihalaman rumah anak daro, isi dan tema nyanyian dampiang tidak lagi seperti turun dari rumah dan di perjalan tadi.
Disini, tukang dampiang menyampaikan pesan dan nasihat kepada marapulai.
Pandai pandailah membawakan diri dirumah orang. Mangecek dibawah bawah,
usah berlaku sombong ditengah keluarga baru itu. Selain kepada
marapulai, juga terdapat pesat untuk keluarga anak daro, bila anak ini
salah tolong juga diajari.
Demikian badampiang yang tetap bertahan. Bila jarak rumah anak daro itu
berada di nagari lain, atau jaraknya jauh, biasanya ada bagian dari
tradisi badampiang itu yang terpenggal penggal. Misalnya nyanyian selama
diperjalan tidak ada lagi, sebab rombomgan pengantar marapulai telah
terpencar pencar di kendaraan masing masing.
Tonton Juga Videonya, Klik Disini
Ditulis : Haridman Kambang
TENTANG PENULIS:
-Tahun 2005-2017 merupakan Wartawan pada Harian Umum Haluan Padang -Tahun 2010-2012 sempat menjadi Pimpinan Redaksi Tabloid Gelora Pesisir. Media cetak ini beredar di Kabupaten Pesisir Selatan.
-Kini melanjutkan kebiasaan menulis dengan mengelola sendiri blog yang diberinama haridman.blogspot.com. Kemudian mengelola akun youtube dengan nama Haridman Channel.
-Penulis sangat tertarik pada isu lingkungan, isu sosial, sejarah, budaya dan pemberdayaan masyarakat.
-Saat ini menjadi Chairman of Amping Parak Turtle Camp. Sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dibidang penyelamatan penyu dan hewan-hewan yang dilindungi di laut.
Tonton Juga Videonya, Klik Disini
Ditulis : Haridman Kambang
TENTANG PENULIS:
-Tahun 2005-2017 merupakan Wartawan pada Harian Umum Haluan Padang -Tahun 2010-2012 sempat menjadi Pimpinan Redaksi Tabloid Gelora Pesisir. Media cetak ini beredar di Kabupaten Pesisir Selatan.
-Kini melanjutkan kebiasaan menulis dengan mengelola sendiri blog yang diberinama haridman.blogspot.com. Kemudian mengelola akun youtube dengan nama Haridman Channel.
-Penulis sangat tertarik pada isu lingkungan, isu sosial, sejarah, budaya dan pemberdayaan masyarakat.
-Saat ini menjadi Chairman of Amping Parak Turtle Camp. Sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dibidang penyelamatan penyu dan hewan-hewan yang dilindungi di laut.
-Narasumber
di berbagai forum pada kegiatan pengurangan risiko bencana dan
konservasi penyu baik lokal, nasional dan internasional.
-Kemudian saat tulisan ini turun bekerja sebagai petani sawit dengan harga TBS yang tidak berketentuan.
-Kemudian saat tulisan ini turun bekerja sebagai petani sawit dengan harga TBS yang tidak berketentuan.
Comments
Post a Comment